SAMARINDA, MP - Peredaran Narkoba di Kaltim mengkhawatirkan karena berada pada peringkat keempat setelah Bali sehingga perlu perhatian serius semua pihak, khususnya mengantisipasi kian meluasnya ancaman kerusakan moral generasi muda.
"Berdasarkan data, Kaltim kini menjadi daerah nomor empat peredaran Narkoba setelah Bali. Lihat saja, kita mengungkap kasus Narkoba pada 2008 mencapai 545," kata Kasat Pembinaan dan Penyuluhan Direktorat Reskoba Polda Kaltim, AKBP Gandung Wardoyo di Samarinda.
Hal itu diungkapkannya saat ia menjadi pembicara dalam Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
"Kekhawatiran kita, adalah Kaltim bukan daerah tujuan utama bagi wisatawan nusantara dan asing. Mungkin, peredaran Narkoba di Bali cukup tinggi karena banyak warga asing, yakni para turis manca negera yang berlibur di sana," imbuh dia.
Jenis Narkoba yang beredar di Kaltim, antara lain ineks, ganja, sabu-sabu dan kokain.
"Di samping juga telah ditemukan beredar Narkoba jenis baru yang mengancam anak-anak. Narkoba tersebut berbentuk permen dengan aroma dan rasa strawberry. Jenis juga sudah masuk ke lingkungan sekolah," ujar dia.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi, Gandung mengharapkan masyarakat selalu waspada dan ikut membantu aparat demi mencegah peredaran gelap barang terlarang tersebut dengan cara melaporkan ke penegak hukum terdekat.
Sementara itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Seprov Kaltim, Irianto Lambrie juga hadir sebagai pembicara mengatakan bahwa peredaran Narkoba merupakan alat yang digunakan oleh oknum atau kelompok tertentu untuk menghancurkan generasi muda dan pemerintah.
"Peredaran narkotika, psikotropika dan lainnya telah menjadi alat subversi yang diarahkan untuk menghancurkan generasi suatu bangsa maupun suatu sistem pemerintahan," kata Irianto.
Menurutnya bahwa dari 200 juta penduduk Indonesia, sekitar 2,0 persen atau empat juta jiwa terlibat penyalah gunaan Narkoba dan 85 persen di antaranya adalah generasi muda dari berbagai kalangan.
Pihaknya berharap agar aparat terkait segera menggelar berbagai program untuk menyelamatkan generasi bangsa dengan cara mencegah sebelum terjadi.
Ia juga mengatakan bahwa orangtua atau keluarga memiliki peran besar terhadap tanggung jawab dan pencegahan secara dini.
"Mengobati penyakit jauh lebih sulit dan mahal ketimbang mencegah. Orangtua atau keluarga sebagai bagian terdekat dalam pergaulan anak punya peranan besar terhadap pencegahan secara dini," demikian Irianto. (rus/mp/*a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar