SURABAYA, MP - Kepala Seksi Humas Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit II Jawa Timur, Arif Herlambang, mengatakan hutan yang ada di Jatim berpotensi terbakar pada musim kemarau ini. "Namun, yang terbakar itu serasah hutan, bukan tanaman hasil hutan," katanya di Surabaya, Kamis (6/8).
Jika musim kemarau datang, lanjut dia, banyak pohon jati yang menggugurkan daunnya. "Nah, daun-daun itulah yang berpotensi sebagai cikal bakal kebakaran hutan, atau yang disebut dengan kebakaran serasah hutan," paparnya.
Arif mengemukakan, pada musim kemarau seperti ini kebakaran serasah hutan sangat mungkin terjadi karena banyaknya pohon jati yang menggugurkan daunnya.
"Faktor penyebab tertinggi kebakaran hutan berasal dari ulah manusia," kata Kasi Humas Perhutani Jatim itu.
Dari laporan yang masuk, kata dia, kebakaran hutan tertinggi disebabkan oleh puntung rokok yang dibuang oleh oknum tidak bertanggung jawab saat berada di hutan.
Di samping itu, faktor alam juga turut mempengaruhi perluasan kebakaran hutan, seperti pengaruh bentuk permukaan tanah, pengaruh kondisi hutan, dan pengaruh cuaca.
Untuk pengaruh dari bentuk permukaan tanah, lanjut dia, ditentukan oleh tinggi dan rendahnya lereng dan gundukan tanah di hutan. "Pada umumnya, tingginya suhu di lereng bukit dan puncak gunung dapat mengakibatkan meluasnya kobaran api," katanya.
Guna mengatasi masalah kebakaran serasah hutan, Perhutani Unit II Jatim telah membentuk Pusat Komando Pengendalian (Puskodal) yang ada di setiap Kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).
"Khusus di Jatim jumlah Puskodal ini ada 23 unit sesuai dengan jumlah KPH," katanya.
Selain membentuk Puskodal, Perhutani juga mengintensifkan patroli pengendalian kebakaran yang melibatkan polisi hutan (polhut) dan juga lembaga masyarakat desa hutan (LMDH).
Saat ini di Jatim terdapat 2.780 petugas satuan pemadam kebakaran yang berasal dari 695 resor pemangkuan hutan (RPH) yang ada. (red/*ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar