BEKASI, MP - Penderita HIV di Kota Bekasi yang telah mencapai fase AIDS meningkat selama 2009 dari 162 kasus yang ditemukan di daerah itu. Pengelola program Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bekasi, Hari Bagianto di Bekasi Senin (31/8) mengatakan peningkatan fase itu terkait dengan masih adanya penderita yang kurang disiplin dalam mengonsumsi obat anti retroviral.
"Kita terus memberikan dukungan agar penderita tetap bersemangat menjalani hidup dengan memakai obat-obatan untuk memperkuat daya tahan tubuh. Kadang ada juga peningkatan fase terkait dengan sudah lamanya penderita terkena virus HIV," katanya.
Ia mengatakan kelompok dukungan sebaya (KDS) di Kota Bekasi terus diaktifkan dan berkumpul untuk berbagi pengalaman dengan harapan bisa menumbuhkan semangat hidup dan etos kerja sesama penderita HIV/AIDS.
Kasus-kasus HIV baru di Kota Bekasi masih akan terus bermunculan dengan masih tingginya pola hidup yang mudah tertular HIV seperti pengguna narkoba suntik dan pelaku seks bebas.
"Kampanye tentang betapa bahayanya HIV terus dilakukan dengan harapan bisa mencegah makin bertambahnya penderita baru, namun kenyataan di lapangan belum seperti diharapkan," ujarnya.
Seorang ibu muda penderita HIV/AIDS yang tengah hamil, E (25) dan memiliki suami yang sudah masuk fase AIDS Bn (27) menyatakan penderita AIDS seperti suaminya harus tetap mendapat perawatan optimal hingga ajal menjemput.
"Suami saya beratnya hanya 30 kilogram dengan cidifor tinggal 46 sementara orang normal memiliki 1.500. Ia kini terkapar tanpa bisa mendapat perawatan, akibat rumah sakit tidak menerimanya lagi" ujar E.
E yang mengontrak di sebuah kompleks perumahan di kota Bekasi itu bermaksud mencegat wali kota Bekasi, bila keinginannya untuk mendapat surat rawat jalan suaminya tidak digubris.
Sebelumnya si suami telah mendapat perawatan selama satu bulan di RSCM tanpa bayar.
Ia kini ingin membawa suaminya rawat jalan menyembuhkan sakit lever dan TBC-nya, tetapi rumah sakit RSCM tidak bersedia menerima karena tidak adanya surat rawat jalan.
Ibu satu anak yang ketahuan HIV/AIDS akhir Pebruari 2009, itu menyatakan tidak memiliki biaya lagi untuk mengobati suaminya.
"Ketika ada uang saya bawa suami berobat tanpa menggunakan Jamkesmas. Tetapi sekarang tidak ada lagi biaya untuk pengobatan," ujar E yang mengaku bersyukur anak pertamanya yang telah berusia 1,5 tahun itu negatif dari HIV/AIDS.
Ia yang memiliki virus HIV 0,05 persen dan cidifor 700 itu berharap agar pemerintah daerah memperhatikan pengobatan orang dengan HIV/AIDS agar mereka bisa menjalani kehidupan dengan tenang. (red/*ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar