PADANG, MP - Wajah Rully (22), wisudawan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP), nampak tersenyum saat memasuki areal wisuda di bawah tenda di kawasan kampus UNP, Air Tawar, Padang, sepuluh hari setelah gempa besar melanda Sumatra Barat.
"Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan pendidikan empat tahun dan akan meninggalkan kampus tercinta ini untuk memulai kiprah baru di tengah masyarakat," kata Rully.
Namun, kata dia, kebahagian itu bercampur sedih, karena dia akan meninggalkan kampus UNP dalam kondisi tidak lagi normal. Kampus yang selama ini menjadi tempatnya menuntut ilmu itu juga hancur, seperti banyak gedung lain di Padang, akibat gempat berkekuatan 7,9 SR yang mengguncang Sumbar pada 30 September.
Gedung GOR UNP yang berkapasitas 2.000 tempat duduk, yang biasa digunakan untuk tempat wisuda, tidak bisa dipakai karena kondisinya rusak berat meski belum roboh.
Banyak dinding GOR retak-retak dalam ukuran besar dan banyak atapnya yang telah bergeser dari tiang-tiang bangunan.
Kemudian bangunan-bangunan di dalam areal kampus tempat perkuliahan juga sebagian besar rusak berat dan kemungkinan tidak bisa digunakan.
Berbagai bangunan dan fasilitas lain seperti laboratorium, pagar pembatas antar gedung, koridor, teras dan lantai-lantai di kampus itu juga banyak yang ikut rusak.
Kerusakan itu jelas nampak di sisi tempat wisuda yang digelar secara sederhana di salah satu halaman gedung dan didirikan beberapa tenda untuk perwakilan lulusan yang akan diwisuda Rektor UNP Prof Dr Z Mawardi Effendi.
Di sisi kanan tempat wisuda tampak gedung rektorat UNP yang pada bagian atap berarsitektur rumah bagonjong (rumah adat Minangkabau) sebagian rusak tak berbentuk.
Wisuda di bawah tenda itu juga tidak dapat diikuti semua lulusan, karena tempatnya sangat terbatas, bahkan orang tua wisudawan tidak masuk dalam areal tersebut dan hanya menunggu serta melihat dari kejauhan anaknya yang segera menjadi sarjana.
Panitia wisuda sebelumnya mengimbau agar lulusan tidak membawa keluarga karena suasana masih dalam duka bencana dan ada keluarga wisudawan yang ikut jadi korban.
Pada wisuda UNP ke-86 itu, sebanyak 2.047 sarjana baru perguruan tinggi itu diwisuda dari tujuh fakultas, namun setiap fakultas hanya diwakili 25 wisudawan karena tempat acara sangat terbatas.
Lulusan lainnya di wisuda di fakultas masing-masing setelah acara di bawah tenda selesai.
Tak ada hiburan dan musik sebagaimana biasanya mengiringi acara wisuda di kampus itu.
Para lulusan dan sebagian orang tua yang sempat datang, selain hanya disuguhkan pemandangan bangunan-bangunan rusak parah juga "nyayian" deru helikopter yang sering melintas di atas kampus UNP untuk mengantar bantuan kemanusian kepada para korban.
Acara wisuda sebelumnya sempat akan ditunda karena kondisi kampus yang masih banyak bangunan rusak dan retak-retak, namun karena pelaksanaan penerimaan calon pengawai negeri sipil (CPNS) akan dilaksanakan pemerintah, wisuda akhirnya tetap harus dilaksanakan.
"Demi pertimbangan kepentingan para wisudawan terkait akan dilaksanakannya penerimaan CPNS, maka wisuda tetap dilaksanakan pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya Sabtu 10 Oktober 2009," kata Rektor UNP Prof Z Mawardi Effendi.
Dalam acara yang sederhana, UNP melepas 2.047 lulusan barunya ke tengah masyarakat dengan rincian 275 orang lulusan Fakultas Ilmu Pendidikan, 320 dari fakultas Bahasa, Sejarah dan Sastra, 259 dari Fakulktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Kemudian 148 lulusan Fakultas Ilmu Sosial, 368 dari Fakultas Teknik, 248 dari Fakultas Ilmu Keguruan, 227 dari Fakultas Ekonomi, 170 dari pascasarjana dan 32 dari program mengister managemen.
Meski dalam suasana sederhana dan di tengah duka bencana para lulusan tetap tegak dan tegar menerima ijazah untuk bekal memasuki dunia kerja setelah menyandang gelar master, sarjana dan diploma.
Menurut rektor UNP Mawardi Efendi, akibat gempa hapir semua gedung di kampus itu mengalami kerusakan dengan tingkat berbeda-beda, mulai dari rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.
UNP mengalami 85 persen kerusakan bangunan, hampir semua bangunan bertingkat di kampus itu rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi.
Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo saat meninjau kampus UNP bahkan memberikan tanda "kuning" untuk hampir semua bangunan bertingkat di perguruan tinggi penghasil para pendidik itu.
Tanda "kuning" artinya bangunan yang tidak aman lagi digunakan sebelum dilakukan perbaikan total.
Mawardi Effendi menyebutkan, dibutuhkan dana mencapai Rp36 miliar untuk membangun kembali gedung-gedung yang rusak berat dan selama proses rekontruski maka kegiatan perkuliahan dilaksanakan pada kampus tenda dan lokal yang masih dianggap layak serta aman.
"Selain itu, jika kampus tenda tidak mencukupi tidak tertutup kemungkinan perkuliahan di gelar di bawah pohon besar dan rindang dalam kawasan kampus UNP," kata kata Kepala Humas UNP Amril Amir.(red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar