BEKASI, MP - Sungguh memilukan. Tiga bocah masih sepupuan tertimpa tembok pagar setinggi 1,5 meter rumah mantan kepala desa yang roboh di Kampung Wangkal Jati RT 09/04, Desa Sukajaya, Cibitung, Kabupaten Bekasi.
Dua balita tersebut tewas sementara satunya kritis dilarikan ke RS Karya Medika Cibitung. Kasusnya ditangani Polsek Cibitung.
Korban tewas Rifki, 5, dan Nur Salamah, 4, menderita luka di kepala. Keduanya dikebumikan di pemakaman keluarga di kampung setempat dengan posisi liang lahat berdampingan. Sedangkan Sabil, 6, luka parah dalam perawatan rumah sakit belum sadarkan diri.
Orangtua kedua korban berduka. Tetangga dan kerabat dekat menghibur keluarga yang sedang dirundung duka itu.
Menurut Sueb (35), sepupu korban, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 14.00. Ketiga bocah sepupunya yakni Rifki, Nur Salamah dan Sabil usai hujan rintik bermain-main percikan air di jalan dekat tembok rumah mantan lurah. Entah mengapa tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti geledek membuat warga keluar rumah.
Ternyata suara gemuruh itu berasal dari runtuhnya tembok pagar setinggi 1,5 meter dengan panjang sekitar 10 meter yang terbentang membatasi rumah mantan lurah Dali Sutoyo itu. Suara tersebut disusul suara memilukan seorang bocah yang kesakitan tak jauh dari bongkahan tembok itu.
Melihat tubuh bocah tertindih bongkahan puing tembok warga segera menyingkirkannya dan mengeluarkan dua bocah yang tertimbun itu. Sementara seorang bocah lainnya yang terpental dan merintih segera dilarikan ke rumah mereka masing-masing. Namun kedua bocah balita ini menghembuskan nafas yang terakhir.
Warga kemudian merobohkan tembok lainnya yang bertengger di depanrumah mantan lurah ini. “Kami terpaksa merobohkan tembok ini agar tak menelan korban lagi,” papar warga yang kemudian berkerumun di puing-puing tembok itu.
Menurut warga, sebenarnya tembok itu sebelumnya sudah miring dan belum juga dibetulkan pemiliknya.Dali Sutoyo, pemilik rumah yang temboknya roboh, tak mengetahui peristiwa ada bocah tertimpa robohan temboknya. “Saya nggak tahu kejadiannya. Tembok ini dibangun tahun 1988,” papar Dali yang kemudian oleh petugas Polsek Cibitung dimintai keterangan.
Ny. Dedeh, ibu dari korban Nur Salamah, tak henti-hentinya menangis. Ia dipapah ke depan halaman rumah warga untuk melihat jasad Nur Salamah terakhir kali saat akan dikafankan.
Setelah melihat jasad anaknya, ibu muda ini kembali dipapah masuk rumah.
Kapolres Metro Bekasi Kabupaten Kombes Pol Heri Wibowo mengatakan melihat dari keberadaan tembok itu tak ada besi tegaknya sehingga kekokohan tembok tersebut kurang.”Si pemilik tembok kelihatanya lalai,” papar Kapolres saat ditanya wartawan.(red/*pk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar