Sponsor

Rabu, Februari 10, 2010

Bayi Bertahan Hidup Tanpa Dinding Perut

TANGERANG, MP - Kondisi memprihatinkan terjadi pada Muhammad Rizki, bayi berusia tiga bulan. Sejak lahir, bayi laki-laki ini tidak memiliki dinding perut, sehingga perutnya terus membesar dan melebar seperti balon. Kini bayi tersebut mengalami pembekakan hati, kantung empudu tidak ada, pelebaran usus dan harus menjalani operasi dengan biaya Rp 700 juta lebih.

"Tubuhnya tidak tumbuh, hanya perutnya saja yang terus membesar," ujar Erwin Lubis, ayah sang bayi saat ditemui di rumahnya di Kampung Cukang Galih, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang.

Anak ketiga pasangan Erwin (36) dan Endriyana (35) itu mengalami kelainan sejak lahir. Rizki lahir melalui operasi caesar di Rumah Sakit Annisa Tangerang 5 November 2009. "Pada usia kandungan enam bulan, memang sudah ada kelainan," kata Endriyana sambil terisak.

Lahir dalam keadaan tidak ada dinding perut atau lapisan pembalut isi perut, membuat bagian perut Rizki sejak lahir tidak normal. Perutnya membesar dan menggelembung hingga kepangkal paha. Garis pinggangnya tidak ada. Ia pun sempat dirawat di rumah sakit Usada Insani. "Hampir satu bulan dirawat di sana," ujar Erwin.

Karena kondisi tidak kunjung membaik, Rizki akhirnya dirujuk ke rumah sakit Harapan Kita, Jakarta. Dokter rumah sakit Harapan Kita, menurut Erwin, menyatakan putra ketiganya itu mengalami pembekakan hati, kantung empudu tidak ada, pelebaran usus. Pihak rumah sakit meminta agar anaknya dioperasi. Karena biaya operasi sangat mahal, Erwin dan Endriyana menyerah. "Untuk operasi hatinya saja dibutuhkan Rp 700 juta, kami menyerah dan memilih pulang saja," kata Erwin.

Sementara itu Rizki tergolek lemah tak berdaya di pangkuan ibunya. Kepala, tangan dan kakinya kecil sementara perutnya membesar seperti balon. Matanya melotot ke atas, hampir tidak berkedip, kulitnya menguning. Sesekali ia menangis, menjerit seperti menahan sakit.

Menurut Endriyana, Rizki hanya diberi asupan Asi. Sejak lahir hingga berusia tiga bulan lebih, Rizki selalu mengalami buang air yang sangat sering. Sehari bisa enam kali disertai dengan cairan berwarna kuning. Beratnya pun tidak banyak bertambah, hanya lima kilogram. Padahal saat lahir beratnya 4,2 kilogram.

Erwin dan Endriyana yang sehari-hari mengelola warung kelontong di rumah petaknya sudah menyerah dan pasrah terhadap nasib malang yang menimpa anaknya." Sungguh kami tidak bisa menyiapkan uang sebesar itu, apalagi harus keluar negeri," katanya. Harapan mereka adalah bantuan dari dermawan yang merasa iba terhadap nasib anaknya tersebut.(red/*tif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut