SURABAYA, MP - Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Timur mengakui tradisi Tahun Baru Imlek kini mulai terasa memudar akibat dampak pelarangan adat dan tradisi keagamaan Tionghoa semasa Orde Baru (Orba).
“Pemerintah (semasa) Orba mengeluarkan Inpres 14 Tahun 1967 yang melarang adat istiadat dan tradisi keagamaan Tionghoa dilakukan di depan umum,” kata Sekretaris PSMTI Jatim Hendy Prayogo.
Larangan itu, kata salah seorang aktivis pemuda di era reformasi pada tahun 1998 itu, membuat tradisi Imlek seperti tradisi mengantarkan kue keranjang, kue mangkok, kue kukus, dan sejenisnya kepada tetangga sudah jarang terjadi.
“Di masa kecil saya, ibu memasak kue-kue itu dan kami yang mengantarkan kepada tetangga, tapi saat ini sudah tidak semarak dulu, karena itu perlu perjuangan untuk membangkitkan tradisi yang mengajarkan kepedulian kepada sesama itu,” katanya.
Selain kue dan kumpul bersama keluarga, tradisi lainnya dalam perayaan Imlek adalah ornamen-ornamen berwarna merah, angpao, lentera, petasan/mercon, tebu, barongsai, dan simbol ikan (lambang rezeki yang hidup atau berlimpah).
Menurut dia, Imlek yang berasal dari kata-kata “Im” atau bulan dan “Lek” atau penanggalan yang berarti pergantian kalender atau tahun baru itu kini sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional.
“Karena itu, Imlek sekarang dapat dimaknai sebagai momen pertemuan seluruh anggota keluarga dalam setahun sekali. Keluarga yang tersebar dimana-mana dan bahkan dari agama yang berbeda-beda akan selalu berkumpul di rumah pada setiap menjelang perayaan Imlek,” katanya.
Selain itu, Imlek yang bermula dari perayaan yang dilakukan para petani di China setelah melewati musim dingin menuju musim semi itu patut disyukuri untuk menyongsong tahun baru sebagai harapan baru.
“Selain berkumpul bersama keluarga, Imlek juga ditandai dengan sembahyang Imlek sebagai wujud syukur dengan doa harapan sesuai dengan agama dari setiap warga Tionghoa, sehingga Tuhan melimpahkan rezeki pada tahun berikutnya, baik kesehatan, keuangan, pekerjaan, maupun relasi bisnis,” katanya. (red/*mtn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar