SUKABUMI, MP - Tiga warga Kecamatan Curug Kembar, Kabupaten Sukabumi terpaksa dikerangkeng keluarganya karena menderita sakit jiwa. Mereka adalah Sugianti (25), Siti Nurhalimah (7), dan Badrudin (10).
Menurut Sugianti, Enjang (60), dia sudah mencoba mengobati penyakit anaknya namun tidak kunjung membawa hasil. Bahkan uang hasil kerja Sugianti di Arab Saudi habis untuk pengobatan.
Ketiga penderita gangguan jiwa itu sudah menghuni ruangan pengap, sempit, dan kotor itu semenjak beberapa tahun terakhir. Mereka makan serta buang airnya di dalam penjara yang terbuat dari kayu itu.
Enjang menyatakan, Sugianti sering mengamuk dan bisa melukai orang lain yang berada di sekitarnya.
Dari penuturan orang tuanya, Sugianti menjadi seperti itu setelah bekerja di Arab Saudi selama dua tahun dari tahun 2001-2003. Sebelum berangkat ke Arab Saudi kondisi Sugianti normal, tetapi setelah pulang ke Indonesia dia sering mengamuk dan melamun sendiri.
Enjang mengungkapkan, anaknya sempat berangsur sembuh selama satu bulan setelah menjalani pengobatan alternatif di Sukabumi. Namun, setelah dibawa pulang ke Kampung Cisuren, Desa Sindangraya Kecamatan Curug Kembar, Kabupaten Sukabumi, penyakit Sugianti kembali.
"Karena keterbatasan biaya kami terpaksa mengurung dia, khawatir mengamuk lagi," kata Enjang.
Sama seperti Sugianti, Siti Nurhalimah dan Badrudin terpaksa harus menghabiskan masa kecilnya di dalam kerangkeng milik orang tuanya. Kedua bocah ini dianggap orangtuanya memiliki kelainan jiwa. Mereka tinggal tidak jauh dari Sugianti, yakni di Kampung Citiyi Desa Sidangbarang, Kecamatan Curug Kembar Kabupaten Sukabumi.
Orangtua keduanya malu kepada tetangga. Selain itu kedua orangtuanya juga tidak mempunyai biaya untuk memberikan pengobatan kepada kedua anaknya tersebut.
Orang tua Siti Nurhalimah, Sobari, mengatakan, apabila penyakitnya kambuh anaknya sering mengamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumah. Karena khawatir dengan sikap anaknya tersebut terpaksa dirinya mengkerangkengnya.
Dia menandaskan, selain karena malu, faktor ekonomi pun menjadi dasar Sobari mengurung anaknya di ruangan yang cukup sempit tersebut. "Untuk pengobatan anak saya kami tidak mempunyai biaya. Dan untuk pergi ke Puskesmas jaraknyapun cukup jauh," tandasnya.(red/*wk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar