DEPOK, MP - Para seniman Kota Depok mengaku selama ini tidak pernah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot), sehingga mereka merasa terpinggirkan. "Selama ini kami tidak pernah mendapatkan bantuan baik moril maupun materiil," kata salah seorang seniman Kota Depok, Nisam Rampak, pada acara seminar Para Penggiat Seni se-Depok di Graha Cita Insan, Cimanggis, Depok, Jumat 8 Mei 2009. Nisam Rampak yang merupakan pimpinan Gambang Kromong Sinar Fajar, lebih lanjut mengatakan sepertinya Pemkot Depok acuh tak acuh, dan membiarkan para pelaku seni berjalan sendiri.
Hal senada juga dikatakan oleh Asrizal Nur, penyair asal Depok ini menilai pemkot hanya terfokus pada pembanguna fisik semata saja. Padahal, ungkapnya, antara pembangunan fisik dan kesenian dapat bersinergi sehingga tercipta keseimbangan yang harmonis.
"Seharusnya Pemkot Depok bisa membangun gedung kesenian untuk kami bisa berkiprah," ujarnya.
Menurut dia, Depok merupakan gudang seni ketiga setelah Bali dan Yogyakarta. Beragam seniman, mulai dari seniman dangdut hingga penyair ada dan tinggal di Depok.
Sebut saja, Virgiawan Listianto atau yang lebih dikenal dengan nama Iwan Fals, pedangdut Rhoma Irama dan penyair ternama WS Rendra. "Mereka selalu menggelar pertunjukkan di luar Depok," katanya.
Asrizal menjelaskan kesenian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu seni hiburan dan seni bersubsidi. Jika seni hiburan hanya memberikan hiburan semata, namun berbeda dengan seni bersubsidi yang memberikan pemasukan untuk aset daerah.
"Jika kesenian daerah mendapat perhatian, dia optimistis keberlangsungan akan tetap terjaga," katanya.
Mengenai jarangnya kaum muda bergelut di bidang seni, Asrizal mengatakan bahwa kaderisasi seniman terhitung sulit karena kaum muda menganggap seni tidak membawa kesejahteraan bagi mereka. **(cok/mp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar