BANDUNG, MP - Jawa Barat membutuhkan dana Rp 100,2 miliar dalam penanggulangan HIV/AIDS, berdasarkan hasil penghitungan "Resources Need Model" (RNM). "Anggaran untuk antisipasi dan penanganan HIV/AIDS di Jawa Barat masih kecil, saat ini alokasi APBD untuk penanggulangan HIV/AIDS di 26 kabupaten/kota di Jabar baru sekitar Rp4 miliar," kata Gubernur Jawa Barat, H Ahmad Heryawan, di Bandung, Minggu (9/8).
Untuk itu, kata Gubernur, Jabar masih membutuhkan sangat besar bantuan, khususnya dari sejumlah lembaga donor. Anggaran itu untuk mendukung pembiayaan operasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di 26 kabaten/kota di provinsi itu.
Provinsi Jawa Barat sendiri menetapkan 19 kabupaten/kota di wilayahnya sebagai prioritas penanggulangan populasi rawan AIDS, yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.
Langkah yang telah dilakukan saat ini, katanya, Dinas Kesehatan Jawa Barat telah menunjuk 56 puskesmas dan klinik di RS Hasan Sadikin Bandung untuk menjalankan dan melayani program "harm reduction" untuk AIDS.
"Beberapa puskesmas sudah ditunjuk untuk menggulirkan `harm reduction`, sedangkan Dinas Pendidikan juga melakukan penerangan HIV/AIDS melalui Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan (KTSP).
"Meski penanggulangan HIV/AIDS sudah dilakukan sejak 20 tahun lalu, namun hasilnya belum optimal. Masih sangat minim karena usaha yang dilakukan masih secara parsial dan tanpa dukungan dana yang cukup," kata Gubernur.
Ia menyebutkan, Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk paling besar di Indonesia merupakan salah satu daerah yang rawan penularan HIV/AIDS-nya.
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Jabar saat ini 3.493 kasus, 74 persen diantaranya tertular akibat jarum suntik saat mengonsumsi narkoba," katanya.
Berdasarkan estimasi, sekitar 21 ribu orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Bahkan berdasarkan laporan Depkes RI pada Desember 2009, Jawa Barat memiliki jumlah kasus AIDS terbanyak di Indonesia.
"Seperti halnya kasus narkoba, kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, dan itu tidak bisa dibiarkan," kata Heryawan.
Karena urgennya masalah penularan HIV/AIDS di Jawa Barat, secara khusus Gubernur Jawa Barat memimpin Kontingen Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Barat menghadiri Plenary Meeting International Congres on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-9 di Bali yang akan berlangsung Senin (10/8) hingga Kamis (13/8).
Forum ICAAP adalah forum tempat saling berbagai pengalaman dalam penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS di kalangan negara-negara di Asia Pacific.
Kongres ICAAP merupakan forum AIDS terbesar kedua di dunia. Kongres tahun ini akan dihadiri oleh 3.000 peserta dari 51 negara di Asia dan 14 negara di kawasan Pasifik.
Pertemuan itu mengusung tema "Memberdayakan Manusia, Memperkuat Jejaring". ICAAP ke-9 mencoba membawa semua pihak, individu, institusi, perusahaan, masyarakat, dan jejaring dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor komersil, untuk berbagi pengalaman dan bekerja sama demi mencapai the UN Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 untuk mengurangi pandemi HIV-AIDS.
Data Independent Commision on AIDS (2007) menunjukkan penderita infeksi HIV (ODHIV) di Asia mencapai lima juta orang. Jumlah infeksi baru (380 ribu), sebanding dengan jumlah korban yang meninggal akibat AIDS (380 ribu).
Adapun penderita AIDS di kawasan Pasifik mencapai 740 ribu orang (2007) dan 13 ribu diantaranya kasus infeksi baru. (red/*ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar