Sponsor

Jumat, Agustus 28, 2009

Ratusan Warga Serbu Dua Sumur Purba

KARANGASEM, MP - Ratusan warga tampak "menyemut" berebut air bersih pada dua buah sumur purba sedalam tiga hingga lima meter di lereng perbukitan Dusun Kalangsari, Desa Datah, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.

Dengan membawa ember-ember plastik dan kaleng bekas, warga silih berganti menimba air pada permukaan sumur bergaris tengah sekitar dua meter itu, demikian Antara melaporkan dari lokasi yang terletak 85 km timur Kota Denpasar, Jumat.

I Gede Warsa (41), salah seorang warga setempat menuturkan, sedikitnya 1.200 kepala keluarga (KK) yang berasal dari enam dusun di Desa Datah, kebutuhan airnya kini hanya bertumpu pada dua sumur purba tersebut.

"Hanya dua sumur peninggalan leluhur kami itu saja yang kini masih mengeluarkan air, selebihnya kering kerontang," ujarnya menjelaskan.

Senada dengan Gede Warsa, beberapa warga lain mengungkapkan, sumur tua tersebut nyaris tak pernah kering meski kemarau berlangsung cukup panjang.

Anehnya, kata Ketur Srini (34) menimpali, pada musim penghujan tiba, betapapun lebatnya, permukaan air sumur tetap seperti sedia kala.

"Permukaan air baik pada musin hujan maupun kemarau, tetap segitu-gitu aja, yakni sekitar tiga meter di bawah permukaan tanah," ujarnya.

Sehubungan dengan terbatasnya sumber air, sejak kemarau muncul belakangan ini, dua sumur purba tersebut menjadi ramai oleh warga yang datang dari enam dusun di kawasan Desa Datah yang tofografi wilayahnya berkemiringan antara 15 sampai 45 derajat.

Warga yang datang tidak hanya kepentingan mengambil air untuk dibawa pulang, tetapi juga mencuci dan mandi di areal tersebut.

Akibatnya, puluhan warga yang sore itu menunggu giliran untuk menimba air, tampak antre di luar areal sumur yang dibatasi dinding terbuat dari pasangan-pasangan batu.

Sementara situasi alam di areal sumur, terlihat daerah semak-semaknya telah dihiasi dedaunan yang menguning dan kecoklat-coklatan, serta yang telah rontok dari ranting dan dahan.

Hanya beberapa tanaman keras seperti jambu mete yang menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat, serta bambu dan pisang, yang masih tampak cukup hijau.

Ni Luh Saba (60), salah seorang tokoh wanita Desa Datah, menyebutkan bahwa air yang diambil dari sumur selain untuk kebutuhan minum, memasak, cuci pakaian dan mandi, juga untuk kebutuhan ternak yang sebagian besar berupa babi dan sapi.

"Masyarakat umumnya menggunakan air secara hemat, karena persediaan air pada bak penampungan air hujan di rumah tangga masing-masing sudah habis, sementara hujan yang ditunggu-tungu belum turun dari langit," ujar Ni Luh Saba. (red/*an)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut