Sponsor

Kamis, September 03, 2009

Wartawan Diperlakukan Kasar Pengusaha BBM

LUWUK, MP - Empat orang wartawan di Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, mendapat perlakukan kasar dari seorang pengusaha setempat, saat mereka melakukan penyelidikan atas sebuah gudang yang diduga menjadi tempat penimbunan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Masdar (kontributor Anteve), Mohammad Yamin (kontributor TV One), Abdullah Mukarram (kontributor LKBN ANTARA), dan Angki (koresponden Harian Mercusuar Palu), mendapat "cacian" Umar Syarif Basrian, pemilik gudang penyimpanan BBM tersebut.

Ihwal kejadian, yaitu ketika para wartawan ini mendatangi sebuah gudang penyimpanan BBM di kawawan Pelabuhan Rakyat Lalong, Luwuk.

Kedatangan rombongan wartawan itu menyusul adanya laporan yang mereka terima dari sebuah sumber kalau gudang milik Basrian tersebut diduga menjadi tempat penimbunan BBM bersubsidi jenis minyak tanah, solar, dan premium.

Bahkan, menurut sumber, BBM bersubsidi yang diakulasi pengusaha Basrian selama bertahun-tahun itu sering diselundupkan ke wilayah kabupaten tetangga, Banggai Kepulauan, serta Kepulauan Sula di Provinsi Maluku Utara, kemudian dijual dengan harga sangat tinggi.

Ketika mereka masuk ke dalam gudang yang dipenuhi drum dan tanki BBM untuk mengkonfirmasikan kebenaran laporan tersebut, Basrian bukannya menyambut dengan senang hati. Malah sebaliknya, para wartawan ini justru dibentak dengan kata-kata kasar.
"Silahkan anda beritakan, saya tidak takut," tutur Basrian dengan suara lantang.

Basrian dengan raut mukanya yang terlihat mulai "garang" bahkan menantang para wartawan tersebut untuk membuktikan sinyalemen miring yang mereka terima.

"Usaha saya ini sudah lama (berlangsung), dan surat-suratnya juga lengkap. Silahkan saja tulis atau diberitakan," kata Basrian dengan nada mengancam.

Karena menghindar terjadi sesuatu peristiwa yang tidak diinginkan, terlebih sejumlah karyawan yang dipekerjakan Basrian sudah berdatangan dan mulai mengerumi keempat wartawan ini, kegiatan investigasi dan wawancara itu pun terpaksa dihentikan.

"Sebaiknya, kita hentikan dulu peliputan. (Ini bisa menjadi sesuatu yang buruk), sebab karwayan dia mulai berdatangan," bisik Masdar kepada ketiga rekannya tersebut, sambil buru-buru meninggalkan lokasi gudang tersebut.

Sebelumnya, sumber di Luwuk mengatakan BBM bersubsidi jenis minyak tanah, solar, dan premium yang diakulasi Basrian dari agen dan SPBU setempat untuk dipasarkan ke wilayah Banggai Kepulauan dan Kepulauan sula.

Stok BBM yang diakmulasi Basrian itu, kemudian dikirim kepada "kaki-tangannya" menggunakan kapal motor pelayaran rakyat, dan selanjutnya dijual kepada masyarakat dengan harga sangat tinggi.

"Untuk minyak tanah dijual dengan harga antara Rp5.000-Rp6.000 per liter, sedang premium dan solar dengan harga berkisar Rp6.000/liter," ujarnya.

Sumber yang mengetahui seluk-beluk pemasaran BBM itu menduga kalau kegiatan mengantarpulaukan BBM yang dilakukan pengusaha Basrian merupakan salah satu penyebab yang sering memicu terjadinya kelangkaan BBM bersubsidi di Kabupaten Banggai selama ini.

Sementara itu, Ketua Hiswana Migas Kabupaten Banggai, Oppy Katili, yang dihubungi terpisah, tidak membenarkan atau membantah kalau kegiatan usaha yang dikembangkan Basrian menyimpang dari ketentuan distribusi dan pemasaran BBM bersubdisi yang sudah ditetapkan oleh Pertamina bersama pemerintah.

"Yang saya ketahui yaitu sejak tahun 2008 Bupati Banggai sudah mengeluarkan edaran yang memeritahkan Umar Basrian dan beberapa agen BBM lainnya segera memindahkan tempat usaha mereka karena berada di lingkungan pemukiman penduduk, sebab dapat mengancam keselamatan warga sekitar," demikian Katili. (red/*ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut