Sponsor

Kamis, November 26, 2009

Ritual Tolak Bala, 3 Guru Bugil di Pasar

MOJOKERTO, MP - TIGA guru SD jalan-jalan di pasar dengan tubuh bugil selama berjam-jam. Mereka meyakini tindakannya itu merupakan ritual tolak bala sesuai dengan perintah bupati. Lima guru lainnya terbebas dari ritual unik ini. Peristiwa menggemparkan ini terjadi di sebuah pasar di Mojokerto, Jawa Timur.

Ketiga guru itu bersedia berkeliling pasar dengan tubuh bugil karena percaya kepada penelepon yang mengaku sebagai Asisten I (Bidang Pemerintahan) Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Mojokerto. Diduga terhipnosis (gendam), ketiganya menuruti saja perintah sang pejabat yang belakangan diketahui gadungan. Beruntung lima rekannya urung melakukan ritual yang sama karena keburu sadar.

Uniknya lagi, sang sekkab gadungan mengarahkan agar para guru itu melumuri sekujur tubuhnya dengan cat serta memakai anting-anting dari rentengan koin rupiah yang dilubangi.

Penggendam yang mengaku-aku sebagai Asisten I Sekkab Mojokerto itu mengatakan kepada mereka bahwa ritual bugil ini dilakukan untuk membuang sial—alias tolak bala—Bupati Mojokerto H Suwandi, yang bakal maju lagi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2010.

AR, salah seorang korban yang juga guru olahraga di sebuah SDN di wilayah Kembangsri, Kecamatan Ngoro, menuturkan, sekitar pukul 21.00 dia menerima telepon dari seorang pria yang mengaku sebagai Asisten I Sekkab Mojokerto, Akh Djazuli.
Si 'Akh Djazuli' itu mengatakan bahwa dirinya diminta Bupati Mojokerto untuk memerintahkan AR agar telanjang dan keliling Pasar Tandjung Anyar, Kota Mojokerto, pada hari Minggu (22/11) lalu mulai pukul 19.00 hingga 21.00. Alasannya, itu sebagai ritual tolak bala sekaligus wujud rasa syukur dari para guru atas rekomendasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kepada Bupati Suwandi untuk maju lagi dalam Pilkada Mojokerto tahun 2010.

”Penelepon juga meminta saya untuk melumuri tubuh dengan cat hitam serta memakai anting dari koin-koin Rp 100 yang direnteng saat bugil,” kata AR.

Berdasarkan penelusuran, ada juga korban yang diminta si penggendam untuk memakai anting dari rentengan lembaran uang ribuan. ”Penelepon meyakinkan saya bahwa saya orang yang pas untuk melakukan ritual tersebut. Dia bilang orang yang dipilih melakukan ritual ini hanyalah yang berbadan tegap dan tinggi. Dia sempat telepon lagi malam hari untuk meyakinkan saya,” tutur AR.

Bersama seorang rekannya yang senasib, kemarin AR menanyakan langsung kebenaran perintah lewat telepon itu kepada Asisten I Sekkab Mojokerto, Akh Djazuli.
”Jelas ini penipuan. Ini sangat sensitif karena mencatut nama Pak Bupati yang bakal maju lagi dalam pilkada mendatang,” tandas Akh Djazuli seusai menerima dua guru korban penipuan itu, Selasa (24/11) pagi, di pendapa kabupaten.

AR tidak habis mengerti mengapa pesan si penelepon itu begitu mengiang-ngiang di telinganya dan dirinya juga patuh saja. Waktu itu, yang terlintas di pikiran dia adalah bahwa karena si penelepon Asisten I Sekkab, pastilah itu perintah resmi dan bertujuan baik. Apalagi, Akh Djazuli adalah mantan kepala dinas pendidikan, sehingga dianggapnya peduli terhadap guru.

Oleh karena itu, meskipun istrinya sempat mempertanyakan rencana aneh itu, AR tak menggubris. Esok harinya, Minggu (22/11) sekitar pukul 17.00, AR sudah berada di Pasar Tanjung Anyar yang berada di tengah kota Mojokerto.

”Di pasar itu, saya belum sampai mencopot pakaian hingga telanjang tapi sudah melumuri badan dengan cat hitam sebanyak 1 kilogram, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sebab, kata si penelepon, jika ada bagian tubuh yang tak tersiram cat, suara saya akan hilang,” ucap AR.

Telinganya dia pasangi anting-anting dari koin Rp 100 sebanyak 10 keping yang dilubangi dan direnteng ke bawah. Ternyata, ritual yang sama juga sedang dilakukan oleh sejumlah guru lain di tempat yang sama.

AR mulai sadar ada yang tak beres setelah dia tak melihat apa yang telah dijanjikan oleh si penelepon. Saat menelepon, si penggendam mengatakan bahwa di Pasar Tandjung Anyar akan dijumpai kiai berjubah putih yang bakal memberi doa-doa sehingga 'menutup' mata para pengunjung pasar, dan AR bakal terlihat seperti tidak telanjang.
”Perintahnya, setiba di pasar saya harus langsung mencopot seluruh pakaian dan kemudian keliling pasar mencari si kiai,” kata AR.

Hingga kemarin, cat hitam yang melumuri sekujur tubuhnya belum hilang meski AR telah membersihkannya dengan 5 liter bensin. ”Untung saya keburu sadar sehingga dari pasar tidak menuju pendapa kabupaten. Padahal perintahnya (dari penelepon), setelah dari pasar saya harus pergi ke pendapa dan di sana katanya baju pengganti akan disediakan oleh Pak Bupati,” katanya.

Selain AR, pelaku ”ritual” yang sama di Pasar Tandjung Anyar itu adalah Poniman dan Minto, sesama guru olahraga. Setelah tersadar, di pasar tersebut AR menjumpai kedua sejawatnya itu, yang kondisinya sama dengan dirinya.

Sejumlah pedagang di Pasar Tandjung Anyar mengaku melihat para guru itu beraksi sekitar pukul 17.00 hingga pukul 21.00. Beberapa pedagang mengatakan, Minggu petang dan malam itu ada beberapa orang telanjang bulat lalu lalang di pasar dan beberapa lainnya hanya memakai cawat dengan tubuh kehitaman. ”Saya pikir mereka orang gila. Saya nggak tahu kalau itu ritual orang kena gendam,” kata Agus, pedagang singkong.
Tiga orang yang telanjur bugil itu adalah guru olahraga dari SDN di wilayah Kecamatan Mojoanyar, Bangsal, dan Ngoro. Sedangkan lima guru yang selamat berasal dari Kecamatan Gedeg, Pacet, Gondang, Soko, dan Mojosari.

Karena namanya dicatut, Akh Djazuli bersama tiga guru yang selamat pada Selasa (24/11) petang melaporkan kejadian tersebut ke Polres Mojokerto.

”Kami ingin agar kasus ini diungkap,” ujar Djazuli. Dia meminta agar masyarakat tidak memercayai telepon dari orang yang mengaku dari Pemda Mojokerto.

Kapolres Mojokerto AKBP Onto Cahyono saat dihubungi pada Selasa malam menyatakan belum mendapat laporan tentang kasus itu. ”Saya sekarang sedang rapat di Jakarta. Tapi, tak mungkin lah bupati memerintahkan seperti itu,” ujarnya.

Kasat Reskrim AKP Samsul Makali juga belum mengetahui peristiwa tersebut. ”Belum tahu. Saya masih melakukan pengembangan kasus di luar kota,” katanya. (red/*wk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut