BANTEN, M86 - Jumlah pengangguran di Banten hingga Februari 2011 bertambah 18.466 seiring meningkatnya angkatan kerja yang mencapai 5.164.681 orang atau bertambah sebesar 372.704 orang dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Februari 2010 yang sebesar 4.791.977 orang.
"Secara persentase angka pengangguran di Banten pada Februari 2011 menurun dari 14,16 menjadi 13,50 persen. Namun secara nominal jumlah pengangguran di Banten bertambah 18.466 orang dibandingkan periode yang sama tahun 2010," kata Kepala Seksi Statistik Kependudukan BPS Provinsi Banten Husin Maulana di Serang.
Ia mengatakan, secara persentase tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Banten Februari 2011 turun dari 14,16 persen menjadi 13,50 persen, dikarenakan kenaikan laju pertambahan penduduk yang bekerja, lebih besar dibandingkan kenaikan laju pertambahan penduduk yang menganggur. Pada periode yang sama pula, hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja.
"Lapangan usaha dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak terdapat di sektor Perdagangan yang menyerap 1.106.077 orang atau hampir dari seperempat penduduk yang bekerja yakni sebanyak 24,4 persen," katanya.
Namun demikian, BPS belum bisa menyampaikan rincian bertambahnya jumlah pengangguran di Banten pada setiap kabupaten/kota, karena rincian angka pengangguran tiap kabupaten/kota di Banten baru bisa diperoleh pada hasil pendataan triwulan ke-3 sekitar bulan Agustus 2011.
"Ini baru angka secara global se-provinsi Banten. Rincian angka tiap kabupaten/kota akan disampaikan sekitar Oktober 2011 sesuai hasil pendataan pada bulan Agustus," kata Husin.
Husin mengatakan, pada bulan Februari 2011, peningkatan jumlah penduduk yang ingin memasuki dunia kerja bertambah cukup signifikan, tercatat jumlah angkatan kerja telah mencapai 5.164.681 orang atau naik sebesar 372.704 orang dibanding bulan yang sama tahun 2010.
Penambahan jumlah penduduk pada Angkatan Kerja yang cukup besar mendorong Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2011 menjadi sebesar 68,03 persen atau terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan TPAK pada Februari 2010 yang sebesar 64,74 persen. Pada periode yang sama, jumlah penduduk yang terserap dalam dunia kerja juga naik sebesar 354.238 orang menjadi sebesar 4.467.598 orang.
"Sehingga, pada sisi lain penduduk yang menganggur juga mengalami peningkatan sebanyak 18.466 orang menjadi 697.083 orang pada Februari 2011," kata Husin.
Pada Februari 2011, jumlah orang yang bekerja masih didominasi oleh pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 1.961.503 orang atau 43,9 persen, sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi (minimal tamatan diploma) masih relatif kecil yaitu sebesar 488.521 orang atau 10,9 persen.
Berbeda dengan penduduk yang bekerja, kata dia, penduduk yang menganggur didominasi mereka yang mempunyai ijazah SMA/sederajat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada level pendidikan tersebut mencapai angka 19,73 persen.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Banten Eutik Suharta mengatakan, pihaknya terus berupaya mengatasi masalah pengangguran di Banten, salah satunya melalui kegiatan bursa kerja (Job Fair) yang diselengarakan rutin setiap tahunnya dengan melibatkan dunia usaha yang ada di Banten.
"Kami akan melaksanakan Job Fair tahun ini pada 12-14 Mei 2011, targetnya menyediakan sebanyak 15 ribu lowongan kerja dengan melibatkan 50 perusahaan yang ada di Banten," kata Eutik Suharta.
Selain itu upaya yang dilakukan Disnakertrans, kata Eutik, melakukan pemagangan tenaga kerja baik di perusahaan dalam negeri maupun ke luar negeri. Selain itu, pihaknya sudah merekrut 60 sarjana pendamping untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bertugas memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada TKI agar dalam proses keberangkatan ke luar negeri melalui proses yang benar sehingga tidak tertipu para calo TKI.
"Kami yakin ke depan, Banten memiliki fundamental ekonomi yang kuat. Karena investasi yang akan berkembang di Banten lima hingga sepuluh tahun ke depan bisa mencapai Rp300 triliun," kata Eutik.
Diantara investasi jangka panjang tersebut yang akan mampu menyerap tenaga kerja adalah pembangunan jembatan selat sunda (JSS) yang diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp210 triliun, kemudian pembangunan waduk karian menelan Rp4 triliun, waduk Sindangheula menelan anggaran Rp500 miliar, dan ditetapkannya Banten sebagai kawasan ekonomi khusus pariwisata yang akan menumbuhkan sektor riil.
Eutik mengatakan, tingginya angkatan kerja di Banten akibat urbanisasi terutama di daerah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Hal ini karena ketiga daerah tersebut berdekatan dengan daerah ibukota DKI Jakarta.(red/*b8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar