Sponsor

Minggu, Juni 21, 2009

60 Siswa "Greenpeace" Ikuti Peluncuran Komik Nuklir

JAKARTA, MP - Sedikitnya 60 siswa SMA dari Solar Generation (kelompok anak muda Greenpeace) di Jakarta yang aktif berbuat untuk memerangi perubahan iklim mengikuti peluncuran komik pengembangan teknologi nuklir, kata juru kampanye Nuklir Regional Asia Tenggara, Tessa de Ryck, di Jakarta, Minggu.

Buku komik yang diluncurkan setebal 22 halaman yang ditulis, Marto Art, itu menceritakan cita-cita masa depan tanpa nuklir bagi anak muda Indonesia.
Greenpeace, katanya, sebagai yang mempelopori kegiatan peluncuran buku komik tanpa nuklir ini, meluncurkan komik "Nuclear Meltdown".

Pesan dari komik itu untuk meningkatkan kesadaran mengenai resiko bahaya kemanusiaan, lingkungan dan ekonomi akibat pengembangan teknologi nuklir.
"Peluncuran buku komik ini atas kerjasama dengan Muria Institute dan kelompok-kelompok setempat lain yang menentang rencana pemerintah Indonesia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Jawa Tengah," kata Tessa.

Greenpeace sebagai lembaga independen, terus berbuat sesuatu untuk memerangi perubahan iklim dengan cara mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi.

Solar Generation mengawali peluncuran komik yang ditujukan untuk para pelajar Indonesia ini, dengan menggelar teater kreatif, disusul dengan pemaparan "Tenaga Nuklir Untuk Pemula" dan kuis nuklir.

Acara ini ditutup dengan "photo wall" dari para peserta dengan mengirim pesan dalam mempromosikan energi terbarukan dan menghentikan nuklir yang akan disampaikan lewat situs Greenpeace.

Ia mengatakan, pentingnya buku komik ini karena ada persepsi yang menyatakan bahwa tenaga telah disalah-persepsikan sebagai solusi untuk mengatasi perubahan iklim.

Industri nuklir saat ini sedang melakukan upaya putus asa, mencoba mencitrakan nuklir sebagai pilihan energi masa depan. Kepada anak-anak muda melalui skema kehumasan global. Tetapi, anak muda Indonesia lebih pintar dari yang dikira oleh para pelaku industri nuklir, mereka faham bahwa tenaga nuklir itu berbahaya.
Teknologi terbelakang yang tak menawarkan apa pun sebagai solusi mengatasi perubahan iklim, kata Tessa de Ryck.

Greenpeace sendiri, tambahnya, menyambut baik pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Magelang beberapa waktu lalu, bahwa dia tidak setuju pembangunan reaktor nuklir selama masih ada alternatif.

Serta, pernyataan Perusahaan Listrik Negara (PLN) awal minggu ini, bahwa mereka tidak melihat tenaga nuklir sebagai pilihan salah satu dari sekian banyak sumber energi Indonesia di masa mendatang.

Indonesia mempunyai simpanan energi "geothermal" terbanyak di dunia, dan sudah punya rencana untuk mensuplai lima "gigawatt" energi dari geothermal ini pada 2014.

Oleh karena itu, Greenpeace mendesak pemerintah untuk meningkatkan target energi terbarukan, seperti geothermal, angin, matahari, mikro hidro, sekaligus meningkatkan kualitas hukum dan peraturan, yang selama ini menjadi batu sandungan terbesar dalam investasi di bidang energi terbarukan.

Peningkatan besar energi terbarukan, penghentian penggunaan batubara, dan penghapusan rencana pembangunan reaktor nukir, harus dikombinasikan dengan implementasi program efisiensi energi berskala besar.

"Ini satu-satunya solusi yang bisa membawa kita terhindar dari bencana iklim, dan memberikan masa depan yang kita inginkan bersama," ujar Galih Aji Prasongko, Koordinator Solar Generation Indonesia.

Ia mengatakan, Indonesia saat ini hanya memanfaatkan kurang dari lima persen dari potensi energi terbarukan yang ada. Maka dari itu, Greenpeace sebagai organisasi global independen menggaris- bawahi kebutuhan akan kepemimpinan negara yang kuat untuk membuat peraturan tentang penggunaan energi terbarukan secara massal. (mp/*a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

Pengikut