CIAWI, MP - Pengamat Sosial asal Universitas Djuanda (Unida) Bogor Eri Krisna menilai penyegelan Gang Semen yang dilakukan petugas Satpol PP Kabupaten Bogor tidak efektif.
“Guna mematikan praktik prostitusi di kawasan Puncak tak cukup hanya dengan tindakan kasat mata saja. Mesti dilakukan beragam upaya secara konferhensif,” ungkap Eri.
Sebelum dilakukan penanganan, menurut Eri, mesti dicari akar permasalahannya terlebih dahulu. “Jadi, penyegelan saja tak cukup. Mesti ditindaklanjuti dengan melakukan pembinaan kepada pada para Pekerja Seks Komersial (PKS) alias jablay. Itu tak bisa ditunda,” tegasnya.
Menurut Eri, harus dilakukan pembinaan secara lahir, dan bathin. Moralitas para jablay perlu dibangun kembali agar mereka tak kembali terjebak dalam lembah hitam prostitusi.
“Adapun mengenai jablay yang masuk kampung, itu membutuhkan partisipasi dari masyarakat, terutama alim ulama untuk memfilter pendatang. Dengan begitu, membaurnya para jablay dengan masyarakat dapat diminimalis. Masyarakat harus menjadi bagian dari solusi, sebab ini merupakan persoalan klasik,” katanya.
Lantas mengapa prostitusi belum tertangani secara tuntas? “Ini bukan persoalan baru. Belum tuntas, lantaran penyebabnya belum teratasi secara optimal, yakni tekanan ekonomi, serta pengangguran yang diakibatkab kurangnya lapangan kerja,” jawab Eri.
Kendati demikian, tambah Eri, masih ada harapan untuk memberantas prostitusi di Kabupaten Bogor. “Bupati Rachmat Yasin memiliki jurus Nobat alias Nongol Babat. Itu mesti direalisasikan,” tandas Eri. (wid/*jb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar