PONTIANAK, MP - Sejumlah ibu di Jalan 28 Oktober, Kelurahan Siantan Hulu, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, menyatakan "dihantui" ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue yang sejak sepekan merebak di kawasan itu.
Iramaya (27) salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Komplek Pemda kawasan itu, berada di wilayah Kecamatan Pontianak Utara, mengaku cemas terhadap ancaman penyakit DBD yang telah menewaskan anak tetangganya.
"Sudah sepekan ini saya dihantui rasa khawatir, karena anak tetangga saat ini tiga orang sedang dirawat di rumah sakit, dan satu anak lagi meninggal akibat DBD," kata Iramaya.
Akibatnya, ia takut meninggalkan anak semata wayangnya Rangga yang masih berusia enam tahun. "Setiap habis mandi saya selalu mengoleskan minyak sere (dari daun serai,red) ke seluruh tubuh anak saya agar dijauhi oleh nyamuk demam berdarah (Aedes Aegipty,red)," ujarnya.
Ema Gustina (26) juga mengaku cemas terhadap penyakit DBD yang saat ini sudah mengakibatkan salah seorang anak di komplek itu meninggal.
"Kita menjadi cemas kalau berada jauh dari anak-anak, karena takut digigit nyamuk," katanya.
Ia mengatakan, kalau ancaman penyakit DBD terus berlanjut, ia sekeluarga berencana mengungsi ke tempat orang tuanya, di Desa Pimpinan, Kecamatan, Kabupaten Sambas, berjarak 280 kilometer dari Kota Pontianak. "Lebih baik kami sekeluarga pulang kampung, menunggu keadaan kondusif daripada setiap waktu saya cemas," kata ibu satu anak itu.
Dari pengamatan di lapangan, ibu-ibu di pemukiman itu memilih membatasi ruang lingkup bermain anak-anak mereka dengan tidak keluar rumah, dan sebagian warga lainnya membuat asap dengan cara membakar sampah. Maksud dari aktivitas itu, untuk mengusir nyamuk.
Puskesmas Telaga Biru, Kelurahan Siantan Hulu, yang lokasinya dekat dengan Komplek Pemda 28 Oktober, segera mengambil tindakan, setelah tewasnya seorang anak berusia 7 tahun tiga hari lalu. Pihak puskesmas melakukan pengasapan dan pemberian abate di tempat penampungan air bersih warga. Pengasapan dilakukan untuk membunuh nyamuk Aedes Aegipty, sementara jentik-jentiknya yang berada di tempat penampungan air bersih warga dibunuh dengan diberikan abate.
Data Dinkes Kota Pontianak, telah tercatat 14 pasien meninggal dari 614 kasus dari Januari hingga 17 Juni 2009. Pada Tahun 2008 sebanyak 16 pasien DBD meninggal dari 236 kasus, sementara tahun 2007 sebanyak 121 kasus dengan korban meninggal dunia tiga orang.
Kepala Dinkes Kota Pontianak, Multi Junto, mengatakan peningkatan kasus DBD karena di kota itu dan sekitarnya saat ini memasuki bulan pancaroba, peralihan cuaca dari hujan ke panas sehingga sangat memungkinkan untuk suhu nyamuk Aedes Aegipty bertelur.
Ia mengatakan, korban meninggal rata-rata karena terlambat ditangani dokter sehingga ketika dibawa ke Puskesmas terdekat maupun rumah sakit kondisi pasien DBD sudah pada tahap kritis sehingga sulit ditolong.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat Kota Pontianak agar menjaga kebersihan lingkungan dan secara rutin membersihkan tempat-tempat yang diduga dapat dijadikan sarang nyamuk Aedes Aegipty. (mp/*a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar